Minggu, 07 Mei 2017

Mukjizat NAbi Ismail AS

Mukjizat Nabi Ismail AS
Nabi Ibrahim yang hijrah meninggalkan Mesir bersama isterinya Sarah dan Hajar, Palestina. Ia juga membawa serta semua binatang ternaknya dan harta miliknya yang telah diperolehnya sebagai hasil usaha niaganya di Mesir.
Setelah berminggu-minggu berada dalam perjalanan yang melelahkan, tibalah Nabi Ibrahim bersama Ismail dan ibunya di Makkah. Makkah merupakan tempat di mana Masjidil Haram sekarang berada. Di sanalah Nabi Ibrahim mengakhiri perjalanannya dan disitulah ia meninggalkan Hajar bersama puteranya yang dengan hanya dibekali dengan makanan dan minuman seadanya sedangkan keadaan sekitarnya tiada tumbuh-tumbuhan, tiada air mengalir, yang terlihat hanyalah batu dan pasir kering. Alangkah sedih dan cemasnya Hajar ketika akan ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim seorang diri bersama dengan anaknya yang masih bayi di tempat yang sunyi senyap dari segala-galanya kecuali batu gunung dan pasir.
Nabi Ibrahim mendengar keluh kesah Hajar, ia merasa tidak tega meninggalkannya seorang diri di tempat itu bersama puteranya yang sangat disayanginya. Akan tetapi, ia sadar bahwa apa yang dilakukannya itu adalah kehendak Allah Ta'ala. Ia yakin bahwa Allah akan melindungi Ismail dan ibunya dalam tempat pengasingan itu dari segala kesukaran dan penderitaan. Ia berkata kepada Hajar: "Bertawakallah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya, percayalah kepada kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya. Dialah yang memerintah aku membawa kamu kesini dan Dialah yang akan melindungimu dan menyertaimu di tempat yang sunyi ini. Sungguh kalau bukan perintah dan wahyunya, tidak sesekali aku meninggalkan kamu dirini seorang diri bersama puteraku yang sangat kucintai ini. Percayalah wahai Hajar bahwa Allah Yang Maha Kuasa tidak akan mendlantarkan kamu berdua tanpa perlindungan-Nya. Rahmat dan barakah-Nya akan tetap turun diatas kamu untuk selamanya, insya-Allah".
Sebagai manusia, Nabi Ibrahim pun tidak dapat menahan air matanya ketika ia turun dari dataran tinggi meninggalkan Makkah menuju kembali ke Palestina di mana isterinya. Sarah dengan puteranya yang kedua ishak sedang menanti. Selama diperjalanan, ia tidak henti-hentinya memohon kepada Allah agar selalu memberikan perlindungan, rahmat, dan barakah serta rezeki bagi putera dan ibunya yang ditinggalkan di tempat terasing itu. Ia berkata dalam doanya: "Wahai Tuhanku! Aku telah tempatkan puteraku dan anak-anak keturunannya didekat rumah-Mu (Baitullahil Haram) dilembah yang sunyi dari tanaman dan manusia agar mereka mendirikan shalat dan beribadat kepada-Mu. Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan yang lezat, mudah-mudahan mereka bersyukur kepada-Mu."
Siti Hajar dan puteranya akhirnya tinggal ditempat yang terpencil dan sunyi itu. Ia harus menerima nasib yang telah ditakdirkan oleh Allah atas dirinya dengan kesabaran dan keyakinan penuh akan perlindungan-Nya. Bekal makanan dan minuman yang dibawanya dalam perjalanan pada akhirnya habis selama beberapa hari sepeninggalan Nabi Ibrahim. Sejak itu, mulailah terasa berat beban hidup yang harus ditanggungnya sendiri tanpa bantuan suaminya. Ia masih harus menyusui anaknya, namun air susunya makin mengering disebabkan kekurangan makanan. Anak yang tidak dapat minuman akhirnya menangis tidak henti-hentinya.
Pada saat itu, Siti Hajar menjadi panik, bingung dan cemas mendengar tangisan anaknya hari itu. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri serta lari ke sana ke sini mencari sesuap makanan atau seteguk air yang dapat meredakan tangisan anaknya, namun sia-sialah usahanya. Ia berlari menuju bukit Shafa dan Marwah untuk mendapatkan sesuatu yang dapat menolongnya, tetapi hanya batu dan pasir yang ada. Kemudian dari bukit Shafa ia melihat bayangan air yang mengalir di atas bukit Marwah dan larilah ia ketempat itu namun ternyata bahwa yang disangkanya air adalah fatamorgana (bayangan) belaka dan kembalilah ke bukit Shafa karena mendengar seakan-akan ada suara yang memanggilnya tetapi tidak terlihat siapapun.
Siti Hajar berlari sampai tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah yang pada akhirnya ia duduk termenung merasa hampir berputus asa. Saat Siti Hajar termenung, muncullah air yang jernih dari bekas hentakan kaki bayi Ismail. Mata air ini disebut mata air Zamzam. Siti Hajar bersyukur kepada Allah atas adanya mata air tersebut, yang dengan rahmatnya telah membantunya dalam kesulitan air.
Nabi Ibrahim dari masa ke masa pergi ke Mekkah untuk mengunjungi dan menjenguk Ismail. Hatinya yang selalu resah bila mengenangkan keadaan puteranya bersama ibunya yang ditinggalkan ditempat yang tandus, jauh dari masyarakat kota dan pergaulan umum. Sewaktu Nabi Ismail mencapai usia remajanya, Nabi Ibrahim AS mendapatkan mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail puteranya. Nabi Ibrahim tidak tega melakukannya, dan merupakan ujian yang sangat berat yang ia hadapi. Sebagai seorang ayah yang dikaruniai seorang putera yang sejak puluhan tahun diharap-harapkan dan didambakan, tiba-tiba harus dijadikan qurban dan harus direnggut nyawa oleh tangannya.
Namun, ia sebagai seorang Nabi, pesuruh Allah dan pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh teladan bagi para pengikutnya dalam bertaat kepada Allah, menjalankan segala perintah-Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah di atas cintanya kepada anak, istri, harta benda dan lain-lain. Ia harus melaksanakan perintah Allah yang diwahyukan melalui mimpinya. Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim, namun ia harus melaksanakan perintah Allah. Ia tetap berniat akan menyembelih Nabi Ismail sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya. Dengan berat hati, Nabi Ibrahim menyampaikan mimpinya kepada puteranya tentang apa yang Allah perintahkan. Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sangat taat kepada Allah dan bakti kepada orang tuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu mengikhlaskannya apabila itu perintah Allah
Saat penyembelihan telah tiba, diikatlah kedua tangan dan kaki Ismail, lalu diambillah pedang tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang pedang ditangannya. Kedua mata Nabi Ibrahim yang tergenang air berpindah memandang dari wajah puteranya ke pedang yang mengilap ditangannya. Saat itu hati beliau menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah dan kewajiban seorang rasul. Pada akhirnya dia memejamkan matanya, pedang diletakkan dan hendak dihunuskan pada leher Nabi Ismail. Seketika itu, Allah Ta'ala mengganti Nabi Ismail dengan seekor domba yang besar. Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa perintah pengorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sanpai sejauh mana cinta dan taat mereka kepada Allah. Ternyata, keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu.

0 komentar:

Posting Komentar