Kamis, 18 Mei 2017

Artikel Mukjizat

A.    Pengertian Mukjizat
Ijaz (mu’jizat) secara etimologi diderivasi dari kata al-ijaz yang berarti lemah atau tidak mampu. Ijaz merupakan Mashdar (abstract noun) dari kata a’jiza yang berarti berbeda dan mengungguli. Mu’jizat dalam istilah  (terma) para ulama’ adalah suatu hal yang luar biasa yang disertai tantangan dan tidak dapat di tandingi.[1]
Mu’jizat secara etimologis (bahasa) berarti melemahkan. Sementera menurut terminology (istilah), Mu’jizat ialah sesuatu yang luar biasa yang diperlihatkan Allah melalui para Nabi dan Rasul-Nya, sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulan. Kata Mu’jizat sendiri tidak terdapat dalam al-Qur’an. Namun untuk menerangkan mu’jizat, al-Qur’an menggunakan istilah Ayat atau Bayyinat. Baik ayat atau bayyinat mempunyai dua arti. Yang pertama artinya perkabaran Illahi, yang berupa ayat suci al-Qur’an (Ali Imran/3: 118, 252, al-Anam/6: 4, Yunus/10: 7, al-Baqarah/2: 159, Ali Imran/3: 86, Yunus/10: 150). Sedangkan yang kedua artinya mencangkup Mu’jizat atau tanda bukti (Ali Imran/3: 49, al-A’raf/7: 126, al-Mukmin/40: 78, al-A’raf/7: 105, al-Nahl/16: 44, Thaha/20: 72).[2]
Al-Zarqani menyatakan bahwa mu’jizat itu adalah sesuatu yang dapat melemahkan manusia atau makhluk lainnya, baik sendiri-sendiri maupun berkelompok untuk mendatangkan sesuatu yang lain sebagai bandinganya. Mu’jizat dapat mengatasi adat kebiasaan.[3] Sedangkan Al-Suyuthi memehami mu’jizat sebagai suatu hal biasa yang disertai tantangan, terutama kepada orang Arab, untuk mendatangkan bandinganya, setelah bangsa Arab memberikan persepsi yang keliru terhadap Al-Qur’an.[4]
Ulama sepakat bahwa Al-Qur’an adalah mu’jizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhamad. Ia adalah mu’jizat yang dapat disaksikan oleh seluruh umat manusia sepanjang zaman, karena memang kerasulan Muhamad Saw, adalah untuk keselamatan manusia sepanjang masa.

B.     Beberapa Segi Kemu’jizatan Al-Qur’an
1)      Dari segi bahasanya
Umumnya Ulama’ sepakat bahwa Al-Qur’an memiliki gaya bahasa yang sangat tinggi, makna yang dalam, dan susunan kata yang amat mengagumkan.[5] Ketinggian gaya bahasa yang dimiliki Al-Qur’an yang membuat kalangan Arab  yang terkenal ahli-ahli sastra yang handal terpukau dan hal ini pula yang sering membuat mereka menuduh nabi Muhamad sebagai tukang sihir, yang menyihir mereka mereka melalui untaian kata-kata indah dalam rangkaian ayat-ayat Al-Qur’an tersebut . padahal mereka sangat mengakui Muhamad sebagai orang yang amat terpercaya, Al-amin.
Contoh lain dapat dilihat pada pribadi Umar bin Khatab yang luluh hatinya tatkala mendengar ayat-ayat Al-Qur’an itu dibacakan  oleh adiknya sendiri. Begitu meresapnya ayat-ayat itu kedalam hatinya, beliau menangis dan akhirnya masuk islam. Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa beliau dan ketika itu ia berkata, “Alangkah indahnya kalam itu”. [6]
2)      Adanya ulsub yang aneh, berbeda dengan semua uslub-uslub bahasa Arab.
Kendatipun Al-Qur-an, hadis qudsi, dan hadis nabawi sama-sama keluar dari mulut nabiu, terapi uslub (style) atau susunan bahasanya sangat jauh berbeda. Uslub bahasa Al-Qur-an jauh lebih tinggi kualitasnya bila dibandingkan dengan lainya. Al-Qur-an muncul dengan uslub yang begitu indah. Didalam uslub tersebut terkandung nilai-nilai istimewa yang tidak akan pernah ada ucapan manusia.
3)      Sifat Agung yang tidak mungkin lagi seorang makhluk untuk mendatangkan hal seperti itu.
4)      Bentuk undang-undang yang detail lagi sempurna melebihi setiap undang-undang buatan manusia.
5)      Mengabarkan hal-hal gaib yang tidak bisa diketahui kecuali dengan wahyu.
Al-Qur’an banyak mengandung berita-berita tentang hal-hal gaib, seperti surga, neraka, hari kiamat, hari pembalasan, dan lain sebagainya.
Di samping itu, kitab suci ini juga banyak memuat ayat-ayat tentang peristiwa atau beberapa prediksi masa depan. Jumhur ulama’ sepakat bahwa hal ini merupakan salah satu sisi keistimewaan (mu’jizat) Al-Qur’an.

6)      Tidak bertentangan dengan pengetahuan-pengetahuan umum yang dipastikan kebenarannya.
 Banyak fakta dalam Al-Qur’an yang berbicara mengenai aspek ini, baik mengenai ilmu tentang kejadian manusia maupun pembunuhan (QS. Al Mukminun: 12-14), mengenai perjalanan matahari, dan berbagai ayat lain yang berisi fenomena alam tentang kejadian alam atau kosmosyang disebut sebagai ayat-ayat kauniyah, yang pada waktu turunnya masyarakat Arab tidak mempercayai apa yng dikatakan Al-Qur’an tersebut.
7)      Menepati janji dan ancaman yang di kabarkan al-Qur’an.
8)      Adanya ilmu-ilmu pngetahuan yang terkandung didalamnya (ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum).
9)      Memenuhi segala kebutuhan manusia.
10)   Berpengaruh kepada hati pengikut dan musuh.
Macam-macam Mu’jizat
Mu’jizat dapat dibagi menjadi dua mcam, yaitu:
1.      Mu’jizat Biss  ialah mu’jizat yang dapat dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dicium oleh hidung, diraba oleh tangan, dirasa oleh lidah, tegasnya dapat dicapai dengan panca indra dan dapat dibuktkan sepanjang masa. Misalnya: Mukjizat nabi Muhamad yakni Al-Qur’an.
2.      Mu’jizat ma’nawi ialah mu’jizat yang tidak mungkin dapat dicapai dengan kekuatan panca indra, tetapi harus dicapai dengan kekuatan “aqli” atau denag kecerdasan pikiran.[7]
Misalnya: Perahu Nabi Nuh yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam situasi ombak dan gelombang yang demikian dahsyat. Tidak terbakarnya Nabi Ibrahim a.s dalam kobaran api yang sangat besar; berubah wujudnya tongkat Nabi Musa a.s. menjadi ular; penyembuhan yang dilakukan oleh Nabi Isa a.s. atas izin Allah, dan lain-lain, kesemuanya bersifat material indrawi, sekaligus terbatas pada lokasi tempat mereka berada, dan berakhir dengan wafatnya mereka. Ini berbeda dengan mukjizat Nabi Muhammad SAW, yang sifatnya bukan indrawi atau material, tetapi dapat dipahami akal. Karena sifatnya yang demikian, ia tidak dibatasi oleh suatu tempat atau masa tertentu. Mukjizat Al-Qur’an dapat dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan akalnya dimana dan kapanpun

D.    Bukti Historis Kegagalan Menandingi Al-Qur’an
Al-Qur'an digunakan oleh Nabi Muhammad SAW untuk menantang orang-orang pada masanya dan generasi sesudahnya yang tidak mempercayai kebenaran Al-Qur'an sebagai firman Allah (bukan ciptaan Muhammad) dan risalah serta ajaran yang dibawanya. Terhadap mereka, sungguhpun memiliki tingkat fashahah dan balaghah yang tinggi di bidang bahasa Arab, Nabi memintanya untuk menandingi Al-Qur'an dalam tiga tahapan:
a.       Mendatangkan semisal Al-Qur'an secara keseluruhan, sebagaimana dijelaskan pada surat Al-Isra (17) ayat 88:
@è% ÈûÈõ©9 ÏMyèyJtGô_$# ߧRM}$# `Éfø9$#ur #’n?tã br& (#qè?ù'tƒ È@÷VÏJÎ/ #x‹»yd Èb#uäöà)ø9$# Ÿw tbqè?ù'tƒ ¾Ï&Î#÷WÏJÎ/ öqs9ur šc%x. öNåkÝÕ÷èt/ <Ù÷èt7Ï9 #ZŽÎgsß ÇÑÑÈ
Artinya: “Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian lain.” (Al-Isra (17): 88)
b.      Mendatangkan sepuluh surat yang menyamai surat-surat yang ada dalam Al-Qur’an, sebagaimana dijelaskan dalam surat Hud (11) ayat 13 berikut:
÷Pr& šcqä9qà)tƒ çm1uŽtIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù ÎŽô³yèÎ/ 9‘uqß™ ¾Ï&Î#÷VÏiB ;M»tƒuŽtIøÿãB (#qãã÷Š$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó™$# `ÏiB Èbrߊ «!$# bÎ) óOçFZä. tûüÏ%ω»|¹ ÇÊÌÈ
Artinya:“Bahkan mereka mengatakan, Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an itu. “ Katakanlah, kalu demikian, maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat menyamai, dan panggilah orang-orang yang kamu sanggup memanggilnya selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar” (Q.S. Hud [11]: 13)
c.        surat yang menyamai surat-surat yang ada dalam Al-Qur'an, sebagaimana dijelaskan oleh surat Al-Baqarah (2) ayat 23:
bÎ)ur öNçFZà2 ’Îû 5=÷ƒu‘ $£JÏiB $uZø9¨“tR 4’n?tã $tRωö7tã (#qè?ù'sù ;ou‘qÝ¡Î/ `ÏiB ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷Š$#ur Nä.uä!#y‰ygä© `ÏiB Èbrߊ «!$# cÎ) öNçFZä. tûüÏ%ω»|¹ ÇËÌÈ
 Artinya: “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kami orang-orang yang benar” (QS. Al Baqarah (2): 23)
Sejarah telah menunjukan bahwa jawaban orang-orang Arab ternyata gagal menandingi Al-Qur'an. Inilah beberapa catatan sejarah yang memperlihatkan kegagalan itu:
Pemimpin Quraisy pernah mengutus Abu Al-Walid, seorang sastrawan ulung yang tiada bandingannya untuk membuat sesuatu yang mirip dengan Al-Qur'an ketika Abu Al-Walid berhadapan dengan Rasulullah SAW. Yang membaca surat Fushilat, ia tercengang mendengar kehalusan dan keindahan gaya bahasa Al-Qur'an dan ia pun kembali pada kaumnya dengan tangan hampa.
Musailamah bin Habib Al Kadzdzab yang mengaku sebagai Nabi juga pernah berusaha mengubah sesuatu yang mirip dengan ayat-ayat Al-Qur'an. Ia mengaku bahwa dirinyapun mempunyai Al-Qur'an yang diturunkan dari langit dan dibawa oleh Malaikat yang bernama Rahman. Di antara gubahan-gubahannya yang dimaksudkan untuk mendandingi Al-Qur'an itu adalah antara lain:
لطِّيْنِيَاضِفْدَعُ بِنْتُ ضِفْدَعَيْنِ نَقِّيْ مَاتُنَقِيْنَ أَعْلاَكِ فِى اْلمَاءِ وَأَسْفَلُكِ فِى الآرْض
“Hai katak, anak dari dua katak. Bersihkan apa saja yang akan engkau bersihkan, bagian atas engkau di air dan bagian bawah engkau di tanah”.
Ketika itu pula, ia merobek-robek apa saja yang telah ia kumpulkan dan merasa malu tampil di depan khalayak ramai. Setelah peristiwa itu ia mengucapkan kata-katanya yang masyhur:
“Demi Allah, siapapun yang tidak akan mampu mendatangkan yang sama dengan Al-Qur'an.”

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari makalah dapat di ambil kesimpulan bahwa Al-Qur'an ini adalah Mukjizat terbesar yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Kita tahu bahwa setiap Nabi diutus Allah selalu dibekali mukjizat untuk meyakinkan manusia yang ragu dan tidak percaya terhadap pesan atau misi yang dibawa oleh Nabi.
Mukjizat ini selalu dikaitkan dengan perkembangan dan keahlian masyarakat yang dihadapi tiap-tiap Nabi, setiap mukjizat bersifat menantang baik secara tegas maupun tidak, oleh karena itu tantangan tersebut harus dimengerti oleh orang-orang yang ditantangnya itulah sebabnya jenis mukjizat yang diberikan kepada para Nabi selalu disesuaikan dengan keahlian masyarakat yang dihadapinya dengan tujuan sebagai pukulan yang mematikan bagi masyarakat yang ditantang tersebut.
B.     Saran
Demikianlah dalam hal ini penulis akhiri makalah ini tak lupa mohon maaf kepada semua pihak, kritik dan saran penulis harapkan demi perbaikan penulisan makalah ini selanjutnya.

0 komentar:

Posting Komentar