Minggu, 07 Mei 2017

Mukjizat Nabi Hud AS

Mukjizat Nabi Hud AS
Kisah Nabi Hud AS disebutkan dalam 10 surah diantaranya surah Hud, ayat 50 hingga 60, surah "Al-Mukminun" ayat 31 hingga ayat 41, surah "Al-Ahqaaf" ayat 21 hingga ayat 26 dan surah "Al-Haaqqah" ayat 6, 7, dan 8.
Nabi Hud AS dalam silsilah masih keturunan Nabi Nuh AS. Nabi Hud AS diutus oleh Allah Ta'ala untuk berdakwah kepada kaum Ad. Kaum Ad adalah kaum yang hampir sama dengan kaum Nabi Nuh AS dalam menyembah Tuhannya, yaitu menyembah berhala. Mereka membuat patung-patung atau berhala yang kemudian diberi nama "Shamud" dan "Alhattar". Berhala itu kemudian disembah sebagai tuhan mereka. Mereka percaya bahwa berhala itu dapat memberi perlindungan, kebaikan, dan keuntungan serta dapat menolak segala musibah. Oleh sebab itu, mereka tidak putus-putus sujud kepada kedua berhala itu.
Kaum Ad telah sesat, mereka telah dikuasai oleh tipu daya iblis. Pada saat itu, disana nilai-nilai moral dan akhlak tidak menjadi dasar penimbangan atau kelakuan. Tindak-tanduk mereka bagaikan binatang, mereka hanya mengandalkan kebendaan dan kekuatan lahiriah. Maka wajar sering timbul kerusuhan dan tindakan sewenang-wenang di dalam masyarakat. Kaum yang kuat menindas kaum yang lemah. Sifat-sifat sombong, congkak, iri hati, dengki, hasut, dan benci-membenci yang didorong oleh hawa nafsu merajalela dan menguasai penghidupan mereka. Disana, seolah tidak memberi tempat kepada sifat-sifat belas kasihan, sayang-menyayangi, jujur, amanat, dan rendah hati. Demikianlah gambaran masyarakat suku Ad tatkala Allah Ta'ala mengutus Nabi Hud AS sebagai nabi dan rosul kepada mereka.
Nabi Hud AS diperintahkan oleh Allah Ta'ala untuk meluruskan kembali kehidupan kaum Ad yang telah sesat dan menyimpang dari ajaran-ajaran agama yang dibawa oleh nabi-nabi terdahulu. Nabi Hud AS ditugaskan oleh Allah Ta'ala untuk menyegarkan kembali ajaran-ajaran nabi yang sebelumnya. Mengajak kembali masyarakat Ad yang sudah sesat, ke jalan lurus dan benar.
Kaum Ad yang telah dimabukan oleh kesejahteraan hidup dan kenikmatan duniawi sehingga tidak mengenal Tuhannya. Nabi Hud AS adalah seorang daripada kaum mereka sendiri. Ia berasal dari keluarga yang terpandang dan berpengaruh. Nabi Hud AS sejak kecil memiliki budi pekerti luhur dan sangat bijaksana, baik di rumah maupun dalam pergaulan dengan kawan-kawannya.
Nabi Hud AS memulai dakwahnya dengan menarik perhatian kaum suku Ad. Dengan cara memperlihatkan tanda-tanda kebesaran Allah Ta'ala yang telah menciptakan dan mengaruniakan mereka dengan segala kenikmatan hidup. Dia-lah yang seharusnya mereka sembah dan bukan berhala yang mereka buat sendiri. Kemudian Nabi Hud AS menerangkan bahwa dia diperintahkan oleh Allah Ta'ala untuk membawa mereka ke jalan yang benar dan beriman kepada Allah Ta'ala.
Bagi kaum Ad seruan dakwah Nabi Hud AS itu merupakan omong kosong. Mereka melihat bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud AS itu akan mengubah cara hidup mereka dan merusak adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Mereka dengan tegas menolak ajakan Nabi Hud AS itu dengan berbagai alasan dan ejekan, bahkan hinaan. Ejekan dan hinaan diterima oleh Nabi Hud AS dengan kepala dingin dan penuh kesabaran.
Kaum Ad menganggap bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud AS membuat mereka meninggalkan tuhan-tuhan (berhala) mereka. Kemudian, mereka mempertanyakan tentang tuhan yang disembah Nabi Hud AS yang tidak terjangkau dengan pancaindra mereka. Sebaliknya, kaum Hud menyerukan agar Nabi Hud AS kembali kepada aturan nenek moyangnya.
Nabi Hud AS berkata kepada mereka bahwa sesungguhnya tuhan yang diserukannya ini dapat dirasakan wujudnya dalam diri mereka sendiri. Selain itu, melihat segala ciptaan-Nya berupa alam semesta, langit dengan matahari bulan dan bintang-bintangnya, dan bumi beserta isinya sangat bermanfaat bagi kamu sebagai manusia. Hanyalah Allah Ta'ala yang harus mereka sembah. Allah Yang Maha Esa, tiada bersekutu tidak beranak dan diperanakkan.
Kaum Ad beranggapan bahwa Nabi Hud AS telah mendapatkan kutukan tuhan-tuhan (berhala) sehingga menyebabkan pikirannya kacau. Nabi Hud AS dianggap mengucapkan kata-kata yang tidak masuk akal karena dalam ajaran agamanya, dijelaskan tentang aturan hidup dan akan adanya hari kebangkitan kembali dari kubur serta ganjaran atas segala amalan yang diperbuat.
Nabi Hud AS memulai dakwahnya dengan menarik perhatian kaum suku Ad. Dengan cara memperlihatkan tanda-tanda kebesaran Allah Ta'ala yang telah menciptakan dan mengaruniakan mereka dengan segala kenikmatan hidup. Dia-lah yang seharusnya mereka sembah dan bukan berhala yang mereka buat sendiri. Kemudian Nabi Hud AS menerangkan bahwa dia diperintahkan oleh Allah Ta'ala untuk membawa mereka ke jalan yang benar dan beriman kepada Allah Ta'ala.
Bagi kaum Ad seruan dakwah Nabi Hud AS itu merupakan omong kosong. Mereka melihat bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud AS itu akan mengubah cara hidup mereka dan merusak adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Mereka dengan tegas menolak ajakan Nabi Hud AS itu dengan berbagai alasan dan ejekan, bahkan hinaan. Ejekan dan hinaan diterima oleh Nabi Hud AS dengan kepala dingin dan penuh kesabaran.
Kaum Ad menganggap bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud AS membuat mereka meninggalkan tuhan-tuhan (berhala) mereka. Kemudian, mereka mempertanyakan tentang tuhan yang disembah Nabi Hud AS yang tidak terjangkau dengan pancaindra mereka. Sebaliknya, kaum Hud menyerukan agar Nabi Hud AS kembali kepada aturan nenek moyangnya.
Nabi Hud AS berkata kepada mereka bahwa sesungguhnya tuhan yang diserukannya ini dapat dirasakan wujudnya dalam diri mereka sendiri. Selain itu, melihat segala ciptaan-Nya berupa alam semesta, langit dengan matahari bulan dan bintang-bintangnya, dan bumi beserta isinya sangat bermanfaat bagi kamu sebagai manusia. Hanyalah Allah Ta'ala yang harus mereka sembah. Allah Yang Maha Esa, tiada bersekutu tidak beranak dan diperanakkan.
Kaum Ad beranggapan bahwa Nabi Hud AS telah mendapatkan kutukan tuhan-tuhan (berhala) sehingga menyebabkan pikirannya kacau. Nabi Hud AS dianggap mengucapkan kata-kata yang tidak masuk akal karena dalam ajaran agamanya, dijelaskan tentang aturan hidup dan akan adanya hari kebangkitan kembali dari kubur serta ganjaran atas segala amalan yang diperbuat.
Ajaran Agama yang dibawa Nabi Hud AS dianggap tidak masuk akal karena menurut mereka tidak akan mungkin manusia dibangkitkan kembali dari kubur setelah mati dan menjadi tulang. Selain itu, menurut mereka azab dan siksaan yang diberitakan oleh Nabi Hud AS hanya berupa ancaman semata. Mereka menganggap berita itu omong kosong dan ancaman kosong belaka. Bahkan mereka menentang adanya azab yang dikabarkan oleh Nabi Hud AS dan menganggapnya sebagai pendusta.
Nabi Hud AS sangat terpukul akan tantangan dan pendirian kaum Ad yang tidak mau meninggalkan berhala-berhala sebagai tuhanya. Nabi Hud AS pun berkata akan ada azab dari Tuhan dan mereka tidak akan dapat melepaskan diri dari bencananya. Nabi Hud AS berserah diri kepada Allah Ta'ala atas segala tugas yang diberikan kepadanya. Ia akan tetap berusaha sepanjang hayatnya dalam memberi tuntunan kepada kaumnya tentang jalan yang baik yang telah digariskan oleh Allah Ta'ala.
Pembalasan Allah Ta'ala terhadap kaum Ad yang kafir dan tetap membangkang itu diturunkan dalam dua tahap. Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda ladang-ladang dan kebun-kebun mereka, sehingga menimbulkan kecemasan dan kegelisahan. Pada saat itu, mereka tidak memperoleh hasil dari ladang-ladang dan kebun-kebunnya seperti biasanya. Akan tetapi, dalam kondisi tersebut, Nabi Hud AS masih berusaha meyakinkan mereka bahwa kekeringan itu adalah suatu permulaan siksaan dari Allah Ta'ala yang dijanjikan dan bahwa Allah Ta'ala pada tahap itu, Allah Ta'ala masih memberi kesempatan kepada mereka untuk sadar dan bertobat dari kesesatan dan kekafiran. Akan tetapi, mereka menganggap janji Nabi Hud AS itu adalah janji kosong belaka. Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala. Mereka memohon perlindungan dari musibah yang mereka hadapi.
Tantangan mereka terhadap janji Allah Ta'ala yang diwahyukan kepada Nabi Hud AS segera mendapat jawaban. Datangnya azab tahap kedua, yaitu mulai terlihatnya gumpalan awan hitam yang tebal. Kaum Ad menyambutnya dengan gembira karena menganggap itu adalah gumpalan awan hujan akan segera turun membasahi ladang-ladang dan menyirami kebun-kebun mereka. Melihat sikap kaum Ad yang sedang bersuka ria, Nabi Hud AS berkata bahwa awan hitam itu bukan membawa kegembiraan, tetapi yang akan membawa kehancuran sebagai pembalasan Allah Ta'ala untuk membuktikan kebenaran kata-kata yang pernah diucapkannya.
Apa yang diucapkan Nabi Hud AS itu terbukti benar. Ternyata, bukan hujan yang turun dari awan yang tebal itu, melainkan angin topan yang sangat dahsyat yang disertai bunyi gemuruh. Hal ini akan merusak bangunan-bangunan rumah dan harta benda dan binatang ternak. Saat itu, kaum Ad menjadi panik. Mereka berlarian mencari perlindungan. Mereka juga kehilangan anak, istri, dan saudaranya. Bencana angin topan itu berlangsung selama delapan hari tujuh malam sehingga menyapu bersih kaum Ad yang congkak itu. Adapun Nabi Hud AS dan para sahabatnya yang beriman telah mendapatkan perlindungan Allah Ta'ala dari bencana yang menimpa kaumnya itu. Setelah keadaan cuaca normal kembali. Nabi Hud AS berhijrah ke Hadramaut, menghabiskan sisa hidupnya sampai ia wafat dan dimakamkan disana. Makamnya yang terletak diatas sebuah bukit dan berada pada lebih kurang 50 km dari kota Siwun. Hingga sekarang sering diziarahi orang.

0 komentar:

Posting Komentar