Mukjizat Nabi Yusuf AS
Nabi Yusuf adalah putera ketujuh dari duabelas putera-putera Nabi
Ya'qub. Ia dengan adiknya yang bernama Bunyamin adalah beribukan Rahil,
saudara sepupu Nabi Ya'qub. Ia dikaruniakan Allah rupa yang tampan dan
tubuh yang tegap yang menjadikan idaman gadis-gadis remaja. Ia adalah
anak yang disayangi oleh ayahnya. Oleh sebab itu, saudara-saudaranya
yang lain merasa iri mengapa Yusuf lebih disayang dan dicintai
dibandingkan dengan mereka.
Perbedaan perlakuan dari Nabi Ya'qub terhadap anak-anaknya telah menimbulkan rasa iri hati dan dengki diantara saudara-saudara Yusuf yang lain, yang merasakan ayahnya yang tidak adil. Ia lebih menyayangi Yusuf daripada yang lain. Rasa marah mereka terhadap kepada ayahnya dan iri hati terhadap Yusuf membangkitkan niat buruk dihati mereka.
Pada suatu malam Nabi Yusuf bermimpi. Dalam mimpinya seakan-akan sebelas bintang, matahari, dan bulan yang berada dilangit turun dan sujud didepannya. Terburu-buru setelah bangun dari tidurnya, ia datang menghampiri ayahnya, menceritakan kepadanya apa yang ia lihat dan alami dalam mimpinya. Setelah mendengar cerita mimpi Nabi Yusuf, ayahnya berpesan agar tidak menceritakan kepada saudara-saudaranya.
Saudara-saudara Yusuf berencana mengadakan pertemuan untuk mecelakai Yusuf. Akhirnya, rencana mereka dilaksanakan dengan membawa Yusuf rekreasi. Akan tetapi, apa yang terjadi? Mereka melempar Nabi Yusuf ke dalam sumur. Perbuatan buruk itu dilakukan akibat sifat-sifat cemburu, iri hati, dan dengki. Mereka pun telah berencana apabila ayahnya menanyakan tentang keberadaan Yusuf maka mereka sepakat mengatakan bahwa Yusuf dimakan srigala. (Isi cerita tersebut diatas terdapat dalam Al-Qur'an, dalam surah "Yusuf" ayat 4 hingga ayat 10).
Pada petang hari, pulanglah mereka kerumah tanpa Yusuf yang ditinggalkan seorang diri dasar telaga yang gelap itu, dengan membawa serta pakaiannya setelah disirami darah seekor kelinci yang sengaja dipotong. Mereka menghadap Nabi Ya'qub dengan menangis mencucurkan air mata dan bersandiwara seakan-akan berduka atas nasib yang ditimpa Yusuf.
Yusuf sedang berada disumur seorang diri, ia diliputi oleh kegelapan dan kesunyian yang mencekam. Ternyata apa yang terdengar oleh Yusuf, ia mendengar suara-suara musafir yang sedang berhenti di sekitar sumur. Para musafir itu berhenti sambil mencari air untuk diminum bagi mereka dan binatang-binatang mereka. Alangkah gembiranya Yusuf ketika ia mendengar suara musafir yang melepaskan gayung mengambil air dari sumur itu. Sejurus kemudian dilihat oleh Yusuf sebuah gayung turun kebawah dan terjangkau oleh tangannya. Kemudian, ia memegang gayung itu dengan kuat. Gayung itu ditarik keatas oleh sang musafir berteriak karena beratnya gayung yang ditariknya itu.
Perbedaan perlakuan dari Nabi Ya'qub terhadap anak-anaknya telah menimbulkan rasa iri hati dan dengki diantara saudara-saudara Yusuf yang lain, yang merasakan ayahnya yang tidak adil. Ia lebih menyayangi Yusuf daripada yang lain. Rasa marah mereka terhadap kepada ayahnya dan iri hati terhadap Yusuf membangkitkan niat buruk dihati mereka.
Pada suatu malam Nabi Yusuf bermimpi. Dalam mimpinya seakan-akan sebelas bintang, matahari, dan bulan yang berada dilangit turun dan sujud didepannya. Terburu-buru setelah bangun dari tidurnya, ia datang menghampiri ayahnya, menceritakan kepadanya apa yang ia lihat dan alami dalam mimpinya. Setelah mendengar cerita mimpi Nabi Yusuf, ayahnya berpesan agar tidak menceritakan kepada saudara-saudaranya.
Saudara-saudara Yusuf berencana mengadakan pertemuan untuk mecelakai Yusuf. Akhirnya, rencana mereka dilaksanakan dengan membawa Yusuf rekreasi. Akan tetapi, apa yang terjadi? Mereka melempar Nabi Yusuf ke dalam sumur. Perbuatan buruk itu dilakukan akibat sifat-sifat cemburu, iri hati, dan dengki. Mereka pun telah berencana apabila ayahnya menanyakan tentang keberadaan Yusuf maka mereka sepakat mengatakan bahwa Yusuf dimakan srigala. (Isi cerita tersebut diatas terdapat dalam Al-Qur'an, dalam surah "Yusuf" ayat 4 hingga ayat 10).
Pada petang hari, pulanglah mereka kerumah tanpa Yusuf yang ditinggalkan seorang diri dasar telaga yang gelap itu, dengan membawa serta pakaiannya setelah disirami darah seekor kelinci yang sengaja dipotong. Mereka menghadap Nabi Ya'qub dengan menangis mencucurkan air mata dan bersandiwara seakan-akan berduka atas nasib yang ditimpa Yusuf.
Yusuf sedang berada disumur seorang diri, ia diliputi oleh kegelapan dan kesunyian yang mencekam. Ternyata apa yang terdengar oleh Yusuf, ia mendengar suara-suara musafir yang sedang berhenti di sekitar sumur. Para musafir itu berhenti sambil mencari air untuk diminum bagi mereka dan binatang-binatang mereka. Alangkah gembiranya Yusuf ketika ia mendengar suara musafir yang melepaskan gayung mengambil air dari sumur itu. Sejurus kemudian dilihat oleh Yusuf sebuah gayung turun kebawah dan terjangkau oleh tangannya. Kemudian, ia memegang gayung itu dengan kuat. Gayung itu ditarik keatas oleh sang musafir berteriak karena beratnya gayung yang ditariknya itu.
Para musafir yang berada di kafilah itu terpenjarat dan takjub ketika
melihat bahwa yang memberatkan gayung itu bukannya air, tetapi manusia
berparas tampan, bertubuh tegak, dan berkulit putih bersih. Mereka
berunding apa yang akan diperbuat dengan hamba Allah yang telah
ditemukan didasar sumur itu. Akhirnya, mereka bersepakat untuk
membawanya ke Mesir dan dijual sebagai budak.
Setibanya kafilah itu di Mesir, dibawalah Yusuf di sebuah pasar khusus, dimana manusia diperdagangkan dan diperjualbelikan sebagai barang dagangan. Yusuf lalu ditawarkan didepan umum. Para musafir yang membawanya itu khawatir akan terbuka pertemuan Yusuf maka mereka enggan mempertahankan sampai mencapai harga yang tinggi, tetapi melepaskannya pada tawaran pertama dengan harga yang rendah.
Nabi Yusuf dibeli oleh seorang Pembesar Mesir atau perdana menteri Mesir. Kemudian, sang menteri menitipkan Yusuf kepada isterinya. Yusuf dirumahnya sang perdana menteri tidak dianggap sebagai budak belian, melainkan sebagai salah seorang daripada anggota keluarganya. Yusuf pun dapat menyesuaikan diri dengan keluarga sang perdana menteri. Ia melakukan tugas sehari-harinya dirumah dengan penuh semangat dan kejujuran serta disiplin yang tinggi. Segala kewajiban dan tugas yang diperintahkan kepadanya, diurus dengam senang hati seolah-olah perintah dari orang tuanya sendiri.
Yusuf hidup tenang dan tenteram dirumah Pembesar Mesir, sejak menginjakkan kakinya dirumah itu. Ia mendapat kepercayaan penuh dari keluarga perdana menteri. Ia mengurus rumah tangga mereka, ia tidak menuntut upah dan balasan atas segala tenaga dan jerih payah yang dicurahkan untuk kepentingan keluarga. Ia menganggap dirinya dirumah itu bukan sebagai budak, tetapi sebagai seorang dari anggota keluarga. Demikian pula anggapan suami-istri tersebut terhadap dirinya.
Yusuf kemudian tumbuh sebagai pemuda remaja yang gagah perkasa dan tampan. Ia banyak disukai para wanita, tidak terkecuali istri perdana menteri itu sendiri. Istri perdana menteri merupakan seorang wanita muda cantik dan ayu, yang juga tergoda dengan ketampanan Nabi Yusuf. Ia tidak berupaya menguasai perasaan hati dan hawa nafsunya dengan kekuatan akalnya. Bila ia duduk seorang diri, maka terbayanglah didepan matanya akan paras Yusuf yang tampan. Akhirnya, sang istri perdana menteri menggunakan taktik, memancing-mancing Yusuf agar ia lebih dahulu mendekatinya. Namun, Yusuf bertindak seperti biasanya berlaku sopan santun dan hormat, tidak sedikit pun terlihat terpikat oleh aksi Zulaikha yang ingin menarik perhatiannya. Yusuf sebagai calon Nabi telah dibekali oleh Allah dengan iman yang mantap, akhlak yang luhur, dan budi pekerti yang tinggi.
Setibanya kafilah itu di Mesir, dibawalah Yusuf di sebuah pasar khusus, dimana manusia diperdagangkan dan diperjualbelikan sebagai barang dagangan. Yusuf lalu ditawarkan didepan umum. Para musafir yang membawanya itu khawatir akan terbuka pertemuan Yusuf maka mereka enggan mempertahankan sampai mencapai harga yang tinggi, tetapi melepaskannya pada tawaran pertama dengan harga yang rendah.
Nabi Yusuf dibeli oleh seorang Pembesar Mesir atau perdana menteri Mesir. Kemudian, sang menteri menitipkan Yusuf kepada isterinya. Yusuf dirumahnya sang perdana menteri tidak dianggap sebagai budak belian, melainkan sebagai salah seorang daripada anggota keluarganya. Yusuf pun dapat menyesuaikan diri dengan keluarga sang perdana menteri. Ia melakukan tugas sehari-harinya dirumah dengan penuh semangat dan kejujuran serta disiplin yang tinggi. Segala kewajiban dan tugas yang diperintahkan kepadanya, diurus dengam senang hati seolah-olah perintah dari orang tuanya sendiri.
Yusuf hidup tenang dan tenteram dirumah Pembesar Mesir, sejak menginjakkan kakinya dirumah itu. Ia mendapat kepercayaan penuh dari keluarga perdana menteri. Ia mengurus rumah tangga mereka, ia tidak menuntut upah dan balasan atas segala tenaga dan jerih payah yang dicurahkan untuk kepentingan keluarga. Ia menganggap dirinya dirumah itu bukan sebagai budak, tetapi sebagai seorang dari anggota keluarga. Demikian pula anggapan suami-istri tersebut terhadap dirinya.
Yusuf kemudian tumbuh sebagai pemuda remaja yang gagah perkasa dan tampan. Ia banyak disukai para wanita, tidak terkecuali istri perdana menteri itu sendiri. Istri perdana menteri merupakan seorang wanita muda cantik dan ayu, yang juga tergoda dengan ketampanan Nabi Yusuf. Ia tidak berupaya menguasai perasaan hati dan hawa nafsunya dengan kekuatan akalnya. Bila ia duduk seorang diri, maka terbayanglah didepan matanya akan paras Yusuf yang tampan. Akhirnya, sang istri perdana menteri menggunakan taktik, memancing-mancing Yusuf agar ia lebih dahulu mendekatinya. Namun, Yusuf bertindak seperti biasanya berlaku sopan santun dan hormat, tidak sedikit pun terlihat terpikat oleh aksi Zulaikha yang ingin menarik perhatiannya. Yusuf sebagai calon Nabi telah dibekali oleh Allah dengan iman yang mantap, akhlak yang luhur, dan budi pekerti yang tinggi.
Sikap dingin Yusuf terhadap rayuan dan tingkah laku Zulaikha membuat
Zulaikha bertekad akan berusaha terus sampai maksudnya tercapai.
Kesempatan ketika si suami tidak ada dirumah, masuklah Zulaikha ke kamar
tidurnya seraya berkata kepada Yusuf agar mengikutinya. Yusuf segera
mengikutinya dan masuk ke kamar Zulaikha, sebagaimana ia sering
melakukannya bila dimintai pertolongannya melakukan sesuatu didalam
kamar. Sekali-kali, tidak terlintas dalam pikirannya bahwa perintah
Zulaikha kali itu kepadanya untuk masuk ke kamarnya untuk melakukan
sesuatu yang biasa.
Yusuf kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain, berkatalah Yusuf: "Semoga Allah melindungiku dari godaan syaitan. Tidak mungkin wahai tuan putreriku aku akan melakukan maksiat dan memenuhi kehendakmu. Jika aku melakukan apa yang tuan puteri kehendaki, maka aku telah mengkhianati tuanku, suami tuan puteri, yang telah melimpahkan kebaikannya dan kasih sayangnya kepadaku. Kepercayaan yang telah dilimpahkannya kepadaku, adalah suatu amanat yang tidak patut aku cederai. Sesekali tidak akanku balas budi baik tuanku dengan pengkhianatan dan penodaan nama baiknya. Selain itu Allah pun akan murka kepadaku dan akan mengutukku bila aku lakukan apa yang tuan puteri mintakan padaku. Allah Maha Mengetahui segala apa yang diperbuat oleh hambanya".
Yusuf melihat mata Zulaikha yang melotot dan wajahnya yang memerah, menjadi takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Yusuf segera lari menuju pintu yang tertutup. Namun, Zulaikha cepat-cepat bangun dari ranjangnya mengejar Yusuf yang sedang berusaha membuka pintu, ditariklah baju bagian belakan Yusuf oleh Zulaikha sehingga terkoyak. Tepat pada masa mereka berada di belakang pintu, datanglah sang perdana menteri.
Zulaikha cepat-cepat mendekati suaminya yang masih berdiri tercengang memandang kepada kedua orang kepercayaannya itu: "Inilah dia Yusuf, hamba yang engkau puja dan puji itu telah berani secara kurang ajar masuk ke kamarku dan memaksaku memenuhi nafsu syahwatnya. Berilah ia ganjaran yang setimpal dengan perbuatan biadapnya. Orang yang tidak mengenal budi baik kami ini harus dipenjarakan dan diberikan siksaan yang pedih".
Yusuf mendengar laporan dan tuduhan palsu Zulaikha kepada suaminya, Yusuf tidak dapat berbuat apa-apa selain memberi keterangan apa yang terjadi sebenarnya. Berkatalah ia kepada majikannya, Futhifar: "Sesungguhnya dialah yang menggodaku, memanggil aku ke kamarnya, lalu memaksaku memenuhi nafsu syahwatnya. Aku menolak tawarannya itu dan lari menyingkir, namun ia mengejarku dan menarik bajuku dari belakan sehingga terkoyak".
Sang perdana menteri menjadi bingung dalam keadaan tersebut. Sesungguhnya, siapakah diantara kedua orang itu yang benar? Kemudian, tibalah seorang dari keluarga Zulaikha, yaitu saudaranya sendiri yang dikenal bijaksana, pandai dan selalu memberi pertimbangan yang tepat bila dimintai pikiran dan nasihatnya. Atas perintah perdana menteri untuk memberinya pertimbangan dalam masalah yang membingunggkan itu, berkatalah saudaranya: "Lihatlah, bila kemeja Yusuf terkoyak bagian belakangnya, maka ialah yang benar dan istrimu yang berdusta. Sebaliknya, bila koyak bajunya dibagian depan maka dialah yang berdusta dan istrimu yang berkata benar".
Yusuf kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain, berkatalah Yusuf: "Semoga Allah melindungiku dari godaan syaitan. Tidak mungkin wahai tuan putreriku aku akan melakukan maksiat dan memenuhi kehendakmu. Jika aku melakukan apa yang tuan puteri kehendaki, maka aku telah mengkhianati tuanku, suami tuan puteri, yang telah melimpahkan kebaikannya dan kasih sayangnya kepadaku. Kepercayaan yang telah dilimpahkannya kepadaku, adalah suatu amanat yang tidak patut aku cederai. Sesekali tidak akanku balas budi baik tuanku dengan pengkhianatan dan penodaan nama baiknya. Selain itu Allah pun akan murka kepadaku dan akan mengutukku bila aku lakukan apa yang tuan puteri mintakan padaku. Allah Maha Mengetahui segala apa yang diperbuat oleh hambanya".
Yusuf melihat mata Zulaikha yang melotot dan wajahnya yang memerah, menjadi takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Yusuf segera lari menuju pintu yang tertutup. Namun, Zulaikha cepat-cepat bangun dari ranjangnya mengejar Yusuf yang sedang berusaha membuka pintu, ditariklah baju bagian belakan Yusuf oleh Zulaikha sehingga terkoyak. Tepat pada masa mereka berada di belakang pintu, datanglah sang perdana menteri.
Zulaikha cepat-cepat mendekati suaminya yang masih berdiri tercengang memandang kepada kedua orang kepercayaannya itu: "Inilah dia Yusuf, hamba yang engkau puja dan puji itu telah berani secara kurang ajar masuk ke kamarku dan memaksaku memenuhi nafsu syahwatnya. Berilah ia ganjaran yang setimpal dengan perbuatan biadapnya. Orang yang tidak mengenal budi baik kami ini harus dipenjarakan dan diberikan siksaan yang pedih".
Yusuf mendengar laporan dan tuduhan palsu Zulaikha kepada suaminya, Yusuf tidak dapat berbuat apa-apa selain memberi keterangan apa yang terjadi sebenarnya. Berkatalah ia kepada majikannya, Futhifar: "Sesungguhnya dialah yang menggodaku, memanggil aku ke kamarnya, lalu memaksaku memenuhi nafsu syahwatnya. Aku menolak tawarannya itu dan lari menyingkir, namun ia mengejarku dan menarik bajuku dari belakan sehingga terkoyak".
Sang perdana menteri menjadi bingung dalam keadaan tersebut. Sesungguhnya, siapakah diantara kedua orang itu yang benar? Kemudian, tibalah seorang dari keluarga Zulaikha, yaitu saudaranya sendiri yang dikenal bijaksana, pandai dan selalu memberi pertimbangan yang tepat bila dimintai pikiran dan nasihatnya. Atas perintah perdana menteri untuk memberinya pertimbangan dalam masalah yang membingunggkan itu, berkatalah saudaranya: "Lihatlah, bila kemeja Yusuf terkoyak bagian belakangnya, maka ialah yang benar dan istrimu yang berdusta. Sebaliknya, bila koyak bajunya dibagian depan maka dialah yang berdusta dan istrimu yang berkata benar".
Perdana menteri akhirnya meminta Yusuf untuk merahasiakan permasalahan
ini. Akan tetapi, tetap saja berita tentang peristiwa itu tercium oleh
masyarakat, terutama kalangan istri petinggi negara. Untuk mengetahui
sejauh mana tanggapan para wanita penduduk megeri, Zulaikha akhirnya
mengundang para wanita di negerinya. Pada acara itu, mereka diberi
masing-masing satu apel dan satu buah pisau untuk memakan buah apel.
Ketika Yusuf diminta untuk keluar, tercenganglah para wanita itu. Tanpa
disadari para tamu wanita yang sedang memegang pisau dan buah apel itu
melukai jari-jari tangannya sendiri. Mereka terkagum-kagum dan berkata: "Maha Sempurna Allah. Ini bukanlah manusia. Ini adalah seorang malaikat yang mulia".
Zulaikha bertepuk tangan tanda gembira melihat usaha kejutannya berhasil
dan sambil menunjuk ke jari-jari wanita yang teriris dan mencucurkan
darah itu berkatalah dia: "Inilah dia Yusuf, yang menyebabkan aku
menjadi ejekanmu dan sasaran kecaman-kecaman orang. Tidakkah kami
setelah melihat Yusuf, bila ia menawan hatiku dan membangkitkan hawa
nafsu syahwatku sebagai seorang wanita muda yang tidak pernah melihat
orang yang setampan parasnya, dan seluhur akhlak Yusuf? Salahkah aku
jika aku tergila-gila olehnya, sampai lupa akan kedudukanku dan
kedudukan suamiku? Aku harus mengaku didepan kalian bahwa memang akulah
yang menggodanya dan merayunya. Dengan segala daya upaya, aku ingin
memikat hatinya dan mengundangnya untuk melayani nafsu syahwatku. Akan
tetapi, dia bertahan diri, tidak menghiraukan ajakanku dan bersikap
dingin terhadap rayuan dan godaanku. Aku akan menjebloskannya kedalam
penjara karena telah menghinaku".
Nabi Yusuf berdo'a memohon kepada Allah agar memberi ketetapan iman dan
keteguhan tekad kepadanya agar tidak tersesat oleh godaan setan dan tipu
muslihat kaum wanita yang akan menjerumuskannya kedalam lembah
kemaksiatan dan perbuatan nungkar. Kemudian, ia memilih dipenjara dari
pada harus terjerumus lembah kemaksiatan.
Suami Zulaikha mengetahui dengan pasti bahwa Yusuf bersih dari tuduhan
yang dilemparkan kepadanya. Ia juga sadar bahwa istrinyalah yang menjadi
permasalahan dalam peristiwa yang sampai mencemarkan nama baik
keluarganya. Akan tetapi, ia tidak dapat berbuat selain mengikvi nasihat
istrinya yang menganjurkan agar Yusuf dipenjarakang. Karena dengan
memasukkan Yusuf kedalam penjara, nama baiknya akan pulih kembali dan
desas-desus serta kasak-kusuk masyarakat tentang rumah tangganya akan
berakhir. Demikianlah, maka perintah dikeluarkan oleh Futhifar dan
masuklah Yusuf ke dalam penjara sesuai dengan do'anya.
Bagi Nabi Yusuf, penjara adalah tempat yang aman untuk menghindari
segala godaan dan tipu daya. Hidup didalam sebuah penjara yang gelap dan
sempit, dimana gerak badannya dan pandangan matanya dibatasi, adalah
lebih baik dan lebih disukai dari pada hidup di alam bebas dimana
jiwanya tertekan dan hatinya tidak merasa aman dan tentram. Di dalam
penjara, Yusuf dapat membulatkan pikirannya dan jiwanya beribadah dan
menyembah kepada Allah. Di samping itu, ia dapat melakukan dakwah
didalam penjara.
Bersama dengan Nabi Yusuf, terdapat pula dua orang pegawai istana Raja
yang dipenjara. Tuduhan mereka berdua adalah hendak meracuni Raja atas
perintah dan dengan kerja sama dengan pihak musuh istana. Dua pemuda
pegawai yang dipenjara itu, seorang penjaga gudang makanan dan seorang
seorang lagi sebagai pelayan meja istana.
Pada suatu hari datanglah kedua pemuda tahanan itu ketempat Nabi Yusuf
mengirahkan bahwa mereka telah mendapat mimpi. Si pelayan melihat
seakan-akan berada ditengah sebuah kebun anggur memegang gelas, seperti
gelas yang sering digunakan minum oleh raja, majikannya lalu diisinya
gelas itu dengan perahan buah anggur. Sedangkan pemuda penjaga gudang
melihat dalam mimpinya seolah-olah mendukung diatas kepalanya sebuah
keranjang yang berisi roti, lalu rotinya disambar oleh sekelompok burung
dan di bawanya terbang. Kedua pemuda tahanan itu mengharapkan bagi
mimpi mereka kepada Nabi Yusuf.
Nabi Yusuf berkata bahwa pemuda pelayan akan segera dhkeluarkan dari
penjara dan akan dipekerjakan kembali seperti sedia kala. Sementara itu,
pemuda penjaga gudang akan dihukum mati dengan disalib dan kepalamu
akan menjadi makanan burung-burung yang mematuknya. Demikianlah tafsiran
mimpi yang telah menjadi hukum Allah bagi kamu berdua. Kemudian, Yusuf
berpesan kepada pemuda pelayang yang akan keluar agar menceritakan
kisahnya yang diperlakukan sewenang-wenang kepada raja.
.
Sesuai dengan tafsir Nabi Yusuf, selang tidak lama keluarlah surat
pengampunan Raja bagi pemuda pelayan dan hukuman salib bagi pemuda
penjaga gudang dilaksanakan. Akan tetapi, pesanan Nabi Yusuf kepada
pemuda pelayan, tidak disampaikan kepada Raja setelah ia diterima
kembali bekerja di istana. Dengan demikian, tetaplah Nabi Yusuf berada
dipenjara beberapa tahun lamanya.
Pada suatu hari berkumpullah di istana Raja Mesir para pembesar,
penasihat, dan para arif bijaksana yang sengaja diundang oleh Raja untuk
memberi tafsir mimpi yang telah memusingkan hatinya. Ia bermimpi
seakan-akan melihat tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus. Disamping
itu, ia melihat pula dalam mimpinya tujuh butir gandum hijau, disamping
tujuh butir yang lain kering. Tidak seorang dari pembesar-pembesar yang
didatangkan itu yang dapat memberi tafsiran mimpi bagi mimpi Raja.
Bahkan sebagian dari mereka menganggap sebagai mimpi kosong yang tak
berarti dan menganjurkan Raja melupakan saja mimpi itu dan
menghilangkannya dari pikirannya.
Pelayan Raja, yang menjadi teman Yusuf didalam penjara, teringat oleh
pesan Nabi Yusuf, kepadanya sewaktu ia akan dikeluarkan dari penjara.
Kemudian ia menceritakan kepada Raja tentang tafsir mimpi yang diberikan
oleh Nabi Yusuf bagi mimpinya adalah tepat. Kemudian, ia mencoba
memberanikan diri menghampiri Raja dan berkata: "Wahai Tuanku! Hamba
mempunyai seorang teman kenalan didalam penjara yang pandai menafsirkan
mimpi. Ia adalah seorang yang cakap, ramah, dan berbudi pekerti luhur.
Ia tidak berdosa dan tidak melakukan kesalahan apapun. Ia dipenjara
hanya karena fitnahan dan tuduhan palsu belaka. Ia telah memberi
tafsiran bagi mimpiku sewaktu hamba berada dalam tahanan bersamanya dan
ternyata tafsirannya tepat dan benar sesuai dengan apa yang hamba alami.
Jika Tuan berkenan, hamba akan pergi mengunjunginya di penjara untuk
menanyakan tentang arti dari mimpi Tuan".
Dengan izin Raja, pergilah pelayan mengunjungi Nabi Yusuf dalam penjara.
Ia menyampaikan kepada Nabi Yusuf kisah mimpi Raja yang tidak seorang
pun dapat memberikan tafsiran yang memuaskan dan melegakan hati Raja. Ia
mengatakan kepada Nabi Yusuf bahwa jika Raja dapat dipuaskan dengan
pemberian tafsiran mimpinya, mungkin sekali ia akan dikeltarkan dari
penjara.
Berucaplah Nabi Yusuf menguraikan tafsiran dari mimpi sang Raja: "Negara
akan menghadapi masa makmur, selama tujuh tahun, dimana tumbuh-tumbuhan
dan semuah tanaman gandum, padi, dan sayur-mayur akan mengalami masa
menuai yang baik yang membawa hasil makanan berlimpah-ruah, kemudian
menyusuk musim kemarau selama tujuh tahun berikutnya dimana sungai Nil
tidak memberi air yang cukup bagi ladang-ladang yang kering,
tumbuh-tumbuhan dan tanaman rusak dimakan hama sedang persediaan bahan
makanan hasil tuaian tahun-tahun subur itu sudah habis dimakan. Setelah
mengalami kedua musim tujuh tahun itu akan tibalah tahun basah dimana
hujan akan turun dengan lebatnya menyirami tanah-tanah yang kering dan
kembali menghijau menghasilkan bahan makanan dan buah-buahan yang lezat
yang dapat diperah untuk diminum. Maka jika tafsiranku ini menjadi
kenyataan," Nabi Yusuf berkata lebih lanjut, "seharusnya kamu
menyimpan baik-baik apa yang telah dihasilkan dari tahun-tahun subur,
serta berhemat dalam pemakaiannya untuk persiapan menghadapi masa
kering, agar terhindar dari bencana kelaparan dan kesengsaraan".
Raja setelah mendengar dari pelayannya apa yang diceritakan oleh Nabi
Yusuf tentang mimpinya merasakan bahwa tafsiran yang didengar itu sangat
masuk akal dan dapat dipercayai bahwa apa yang telah diperkirakan oleh
Yusuf akan menjadi kenyataan. Ia memperoleh kesan bahwa Yusuf yang telah
memberi tafsiran yang tepat itu adalah seorang yang pandai dan
bijaksana, dan akan sangat berguna bagi negara jika ia didudukkan di
istana menjadi penasihat dan pembantu kerajaan
Raja Mesir yang sudah banyak mendengar tentang Nabi Yusuf dan terkesan
oleh tafsiran yang diberikan bagi mimpinya secara terperinci dan
menyeluruh makin merasa hormat kepadanya, mendengar tuntutannya agar
diseselaikan lebih dahulu soal tuduhan dan fitnahan yang dilemparkan
atas dirinya sebelum ia dikeluarkan dari penjara. Raja menandakan
kejujurannya, kesucian hatinya dan kebesaran jiwanya bahwa ia tidak
ingin dibebaskan atas dasar pengampunan, tetapi ingin dibebaskan karena
ia bersih dan tidak bersalah serta tidak berdosa.
Tuntutan Nabi Yusuf diterima oleh sang Raja dan segera dikeluarkan
perintah mengumpulkan para wanita yang telah menghadiri jamuan makan
Zulaikha dan teriris ujung jari tangan masing-masing ketika melihat
wajahnya. Dihadapan Raja mereka menceritakan tentang apa yang mereka
lihat dan alami dalam jamuan makan itu serta percakapan yang mereka
lakukan dengan Nabi Yusuf. Mereka menyatakan pesan mereka tentang diri
Nabi Yusuf bahwa ia seorang yang jujur, soleh, bersih dan dia tidak
bersalah dalam peristiwa tersebut. Zulaikha pun dalam pertemuan itu,
mengakui bahwa memang dialah yang berdosa dalam peristiwa tersebut dan
dialah yang menganjurkan kepada suaminya agar memenjarakan Yusuf serta
memberikan gambaran palsu kepada masyarakat.
Hasil pertemuan Raja dengan para wanita itu di umumkan agar diketahui
oleh seluruh lapisan masyarakat dan dengan demikian terungkaplah tabir
yang meliputi peristiwa Yusuf dan Zulaikha. Oleh karena itu, atas
perintah Raja, dikeluarkanlah Nabi Yusuf dari penjara secara hormat,
bersih dari segala tuduhan. Ia pergi langsung ke istana Raja memenuhi
undangannya.
Raja Mesir yang telah banyak mendengar tentang Nabi Yusuf dari
pelayannya, teman Nabi Yusuf dalam penjara, dari kesaksian wanita-wanita
tamu Zulaikha dalam jamuan makan dan dari Zulaikha sendiri, makin
bertambah rasa hormat dan kagumnya terhadap Nabi Yusuf. Kemudian, Raja
menawarkan agar ia tinggal di istana mewakili Raja menyelenggarakan
pemerintahan serta pengurusan negara dan memimpin rakyat Mesir yang
diramalkan akan menghadapi masa-masa sukar dan sulit.
Nabi Yusuf tidak menolak tawaran Raja Mesir itu. Ia menerimanya asal
saja kepadanya diberi kekuasaan penuh dalam bidang keuangan dan bidang
pengendalian bahan makanan, karena menurut pertimbangan Nabi Yusuf,
kedua bidang yang berkaitan antara satu sama lain itu merupakan kunci
dari kesejahteraan rakyat dan kestabilan negara. Raja yang sudah
mempunyai kepercayaan penuh terhadap Nabi Yusuf, beliau memutuskan
penobatan Nabi Yusuf sebagai wakil Raja. Setelah selesai penobatan, Raja
Mesir berkenan untuk menikahkan Yusuf dengan Zulaikha, janda perdana
menteri yang telah meninggal dunia ketika Nabi Yusuf AS masih didalam
penjara.
Sebagai penguasa yang bijaksana, Nabi Yusuf memuliakan tugasnya dengan
mengadakan lawatan ke daerah-daerah yang termasuk dalam kekuasaannya
untuk berkenalan dengan rakyat jelata. Selain itu, Nabi Yusuf tidak lupa
akan peringatan yang terkandung dalam mimpi Raja Mesir, bahwa akan
datang masa tujuh tahun yang sukar dan sulit. Oleh sebab itu, untuk
menghadapi masa itu, Nabi Yusuf mempersiapkan gudang bagi penyimpanan
bahan makanan untuk musim kemarau yang akan datang.
Berkat pengurusan yang bijaksana dari Nabi Yusuf, maka setelah masa
hijau dan subur berlalu dan masa kering tiba, rakyat Mesir tidak sampai
mengalami krisis makanan ataupun derita kelaparan. Dalam rombongan masyarakat yang mengantri makanan, terdapat beberapa
orang yang dikenal Nabi Yusuf . Sebenarnya telah lama ia memperhatikan
saudaranya itu. Ia merasa telah tiba saatnya untuk mengenalkan dirinya
kepada saudara-saudaranya dan dengan demikian akan dapat mengakhiri
penderitaan ayahnya yang malang itu. Berkatalah Nabi Yusuf kepada mereka
secara mengejek: "Masih ingatkah kamu apa yang telah kamu lakukan
terhadap adikmu Yusuf, tatkala kamu mempertuntutkan hawa nafsu
melemparkannya kedalam sumur di suatu tempat yang terpencil? Dan masih
teringatkah olehmu tatkala seorang darimu memegang Yusuf dengan
tangannya yang ktat, menanggalkan pakaiannya dari tubuhnya lalu dalam
keadaan telanjang bulat ditinggalkannyalah ia seorang diri didalam sumur
yang gelap dan kering itu, lalu tbnta menghiraukan ratap tangisnya,
kamu kembali pulang kerumah dengan rasa puas seakan-akan kamu telah
membuang sebuah benda atau seekor bhnatang yang tidak patut dikasihani
dan dihiraukan nasibnya?"
Mendengar kata-kata yang diucapkan oleh wakil Raja Mesir itu,
tercenganglah para saudara Yusuf, bertanya-tanya kepada dirinya
masing-masing, seraya memandang antara satu dengan yang lain, bagaimana
peristiwa itu sampai diketahuinya secara terperinci, padahal tidak
seorang pun dari mereka pernah membocorkan berita peristiwa itu kepada
orang lain, juga kepada Bunyamin pun yang sedang berada didalam istana
Raja. Kemudian masing-masing dari mereka menyorotkan matanya, mulutnya
dan seluruh tubuhnya dari kepala sampailah ke kaki. Dicarinya ciri-ciri
khas yang mereka ketahui berada pada tubuh Yusuf semasa kecilnya. Lalu
berbisik-bisiklah mereka dan sejurus kemudian keluarlah dari mulut
mereka secara serentak suara teriakan: "Engkaulah Yusuf".
"Benar", Yusuf menjawab, "Akulah Yusuf dan ini adalah adikku
setunggal ayah dan ibu, Bunyamin. Allah dengan rahmat-Nya telah
mengakhiri segala penderitaanku dan segala ujian berat yang telah aku
alami dan dengan rahmat-Nya pula kami telah dikaruniai nikmat rezeki
yang melimpah ruah dan penghidupan yang sejahtera. Demikianlah
barangsiapa yang bersabar, bertakwa serta bertawakkal tidaklah akan
luput dari pahala dan ganjarannya".
Berkatalah saudara-saudara Yusuf dengan nada yang rendah: "Sesungguhnya
kami telah berdosa terhadap dirimu dan bertindak kejam ketika kami
melemparkan kamu ke dasar telaga. Kami lakukan perbuatan kejam itu,
terdorong oleh hawa nafsu dan bisikan syaitan yang terkutuk. Kami
sangat sesalkan peristiwa yang terjadi itu berakibat penderitaan bagimu
dan bagi ayah kami. Akan tetapi, kini nampaknya kepada kami kelebihanmu
diatas diri kami dan bagaimana Allah mengaruniakan nikmat-Nya kepadamu
sebagai ganti penderitaan yang disebabkan oleh perbuatan kami yang
durhaka terhadapmu. Maka terserah kepadamu untuk tindakan pembalasan
apakah yang akan engkau timpakan atas kami".
Kemudian, Nabi Yusuf berkata untuk menentramkan hati saudara-saudaranya yang sedang ketakutan: "Tidak
ada manfaatnya menyesalkan apa yang telah terjadi dan menggugat
kejadian-kejadian yang telah lalu. Cukuplah sudah bila itu semua menjadi
pengajaran bahwah mengikuti hawa nafsu dan rayuan syaitan selalu akan
membawa penderitaan dan mengakibatkan kebinasaan didunia dan diakhirat.
Mudah-mudahan Allah mengampuni segala dosamu, karena Dialah Yang Maha
Penyayang serta Maha Pengampun. Pergilah kamu sekarang juga kembali
kepada ayah dengan membawa baju kemejaku ini. Usapkanlah ia pada kedua
belah matanya yang insya Allah akan menjadi terang kembali, kemudian
bawalah ia bersama semua keluarga kesini secepat mungkin".
Ketika Nabi Yusuf bertemu ayahnya, segera ia merangkul sang ayah. Mereka
mencucurkan air mata suja dan gembira. Seketika semuanya pada
merebahkan diri bersujud sebagai tanda syukur kepada Allah serta
penghormatan bagi Yusuf, kemudian dinaikkannyalah ayah dan ibu tirinya
serta saudaranya ke atas singgasana seraya berkata: "Wahai ayahku!
Inilah dia tafsiran mimpiku yang dahulu itu, menjadi kenyataan. Dan
tidak kurang-kurang rahmat dan karunia Allah kepadaku yang telah
mengangkatku dari dalam sumur, mengeluarkan aku dari penjara dan
mempertemukan kami semua setelah syaitan telah merusakkan hubungan
persaudaraan antara aku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Allah Maha
Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki dan sesungguhnya Dialah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana". Kemudian Nabi Yusuf mengangkat tangannya berdo'a: "Ya
Tuhanku! Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kerajaan dan
mengajarkan kepadaku pengetahuan serta kepandaian mentafsirkan mimpi. Ya
Tuhanku Pencipta langit dan bumi! Engkaulah perlindungku didunina dan
diakhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam, beriman, dan bertakwa
serta gabungkanlah aku dengan orang-orang yang soleh".
0 komentar:
Posting Komentar