Jumat, 19 Mei 2017

Keistimewaan Ibrahim dan Doanya

Dalam shalawat yang Kita lantunkan setiap Shalat dan di luar shalat, Kita memohon kepada Allah agar Allah memberi rahmat, keselamatan dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad dan keluarganya sebagaimana Allah memberi keselamatan dan kesejahteraan pada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Ini menunjukkan bahwa Ibrahim Alaihis Salaam memiliki kedudukan istimewa di hadapan Allah Azza wa Jalla. Beliau diberi gelar Kholilullah (Kekasih Allah) dan disebut sebagai “Abul Anbiya” (Bapaknya Para Nabi). Memang dalam kenyataan sejarah Para Rasul yang berjumlah tiga ratusan dan para Nabi yang berjumlah seratus dua puluh empat ribu kebanyakan dari keturunan Nabi Ibrahim, termasuk Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam.
Keistimewaan Ibrahim dan Doanya
Tidak diragukan lagi bahwa posisi Ibrahim dalam panggung kehidupan manusia di muka bumi dan sepanjang zaman sangatlah penting. Hal ini karena Beliau memiliki keimanan yang terbaik sepanjang sejarah, dan ketauhidan yang menjadi contoh bagi semua umat manusia. Sebagaimana dinyatakan Allah dalam ayat berikut ini,
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja… (Al-mumtahanah: 4)
Yang paling disukai Allah dalam pribadi Ibrahim Alaihis salaam adalah keteguhannya dalam mendakwahkan nilai-nilai Tauhidullah. Beliau sangat berani menyatakan kebenaran ajaran Tauhid meskipun orang-orang kafir semakin sengit memusuhinya.
Nabi Ibrahim menolak segala bentuk penyembahan kepada selain Allah, baik dalam bentuk benda-benda yang disembah seperti patung berhala maupun konsep atau pandangan hidup yang salah dan dianut Kaum Jahiliyyah di masa Beliau. Nabi Ibrahim dengan terus terang menyatakan permusuhan terhadap seluruh kemusyrikan, kekufuran dan kedurhakaan. Beliau pernah melakukan tindakan yang sangat menggemparkan yaitu dengan memotong kepala patung-patung dan disisakannya satu patung paling besar, lantas kapak yang digunakan untuk menghancurkan patung-patung itu digantungkan di leher patung terbesar itu… Tentu saja hal ini membuat berang para pemuka kemusyrikan sehingga mereka memutuskan Ibrahim AS harus dihukum dengan hukuman paling keji yaitu dibakar hidup-hidup. Menghadapi hukuman ini Beliau tetap sabar dan tegar, tanpa rasa takut. Akhirnya ketika hukuman terhadap Beliau dilaksanakan, Allah menyelamatkan Nabi Ibrahim AS dari kobaran api dengan izin-Nya,
Kami (Allah) berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”, mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. (Al-anbiyaa: 69-70)
Peristiwa ini sangat dahsyat dan menjadi mukjizat Nabi Ibrahim AS yang dikenang dalam sejarah manusia sepanjang zaman. Peristiwa ini tentu menjadi teladan bagi para pejuang dakwah di jalan Allah yang berani menghadapi segala risiko yang menghadang tatkala meninggikan Kalimatullah.
Nabi Ibrahim juga membuktikan dirinya sebagai “Kholilullah” (Kekasih Allah) karena kecintaannya kepada Allah jauh melampaui kecintaannya kepada istri , anak, dan kehidupan duniawi. Beliau tabah dan sabar ketika harus memisahkan istri Beliau yaitu Siti Hajar dan putranya yang masih bayi ke negeri Mekah karena perintah Allah. Padahal Beliau sudah lama sekali merindukan seorang anak, hingga usia 80 tahun belum juga dikaruniai seorang penerus perjuangan. Di usianya yang tua ini Allah lantas memberikan seorang putra dari istri Beliau yang kedua yaitu Siti Hajar.
Bakkah (lembah air mata) adalah tempat Nabi Adam AS pernah hidup bersama Siti Hawa istri dan putra putrinya ribuan tahun sebelum kejadian ini berlangsung.. Nabi Ibrahim, Hajar dan bayi Ismail menempuh perjalanan dari Syam (Palestina) ke Bakkah saat itu yang menempuh waktu berbulan-bulan lamanya. Kemudian Ibrahim AS diharuskan Allah meninggalkan istri Beliau dan putranya yang masih bayi di lembah yang gersang tanpa penghuni itu. Perpisahan ini sungguh mengharukan namun baik Ibrahim AS maupun Siti Hajar menjalaninya dengan patuh. Saat itulah Beliau berserah diri, pasrah kepada Allah seraya berdoa,
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”. (Ibrahim:37)
Begitu besar husnuzhan (baik sangka) Ibrahim AS kepada Allah. Beliau menyatakan bahwa Beliau lah yang menempatkan putra kesayangan dan istrinya yang masih lemah karena mengikuti perintah Allah dengan penuh kepatuhan dan tanggung jawab. Beliau yakin dengan penjagaan dan pemeliharaan Allah atas keluarganya karena tempat tersebut adalah rumah Allah yang suci dan diberkahi. Beliau memohon kepada Allah agar anak keturunannya menjadi hamba-hamba Allah yang mendirikan shalat dan senantiasa bersyukur… Dalam doa ini Beliau tidak mendikte Allah tetapi memohon jalan keluar dengan memohon agar Allah membuat hati-hati manusia cenderung kepada mereka … Beliau memohon kepada Allah agar keluarganya diberi rizki Dari buah-buahan… Allah mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim AS karena tempat yang ditinggalkan Nabi Ibrahim itu menjadi wilayah yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Allah berfirman,

0 komentar:

Posting Komentar